Dengan menyebut nama
Allah Ar-Rahman Ar-Rahim, Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan hidayahNya,
bisa menambah tulisan lagi. Mumpung di bulan Ramadhan, jadi masih tentang
agama dan masih membahas tentang isi buku. Bukunya juga pinjam lagi
boos haha (smoga Allah juga melimpahkan rahmatNya ke pemilik buku ini,
aaamiiin). Namun, yang berbeda dalam tulisan ini bahasannya yang agak berat :p karena
bukunya berjudul Al-Hikam. Salah satu karya sastra
klasik terbaik karangan Ibn Atha’illah al-Iskandari. Kitab yang memuat untaian kata-kata
mutiara, yang dalam membacanya tidak
cukup sekali untuk mengerti hikmah di setiap kata2nya. Kalaupun dijadikan
status socmed, hampir setiap poin Al-Hikam ini layak di update. Daripada update kata2 quote milik orang2 non-muslim atau bahkan orang atheis, kan jauh lebih baik
sharing kata2 di kalangan Ulama kita sendiri. Ya toh? hehe
Ibnu Athaillah sendiri merupakan ulama
tasawuf yang lahir di kota Iskandariah (Alexandria), Mesir. Tidak diragukan kredibilitasnya juga bos. Beliau dikenal sebagai pengajar di
Al-Azhar, ahli hadis, dan ahli fikih Mazhab Maliki. Master
deh pokoknya, kalau tidak percaya bisa cek biografi beliau yang tersebar di internet. Oh ya, yang saya tulis disini
tidak mencakup semua hikmah yang tertulis dalam buku diatas. Karena terdapat hampir
300 hikmah/kata mutiara yang tertulis dan semuanya bagus. Karena saya pun baru
setengah membaca bukunya, jadi saya tuliskan beberapa yang sangat mengena
dihati (menurut hati saya) hehe. Yauda lah ngga panjang2, selamat membaca
hikmah dibawah, dihayati pelan2, dan smoga bermanfaat!
Kebesaran
Kekuasaan Allah
- Siapa yang melihat benda sesuatu di alam ini, kemudian tidak terlihat olehnya kebesaran kekuasaan Allah pada benda itu, berarti dia telah disilaukan oleh cahaya. Bagaikan melihat cahaya yang kuat, lalu ia mengira tidak ada bola yang menimbulkan cahaya itu.
- Tiada suatu saat yang berjalan melainkan disitu pasti ada takdir Allah yang dilaksanakan.
Mengamalkan
ilmu
- Siapa yang mengamalkan apa yang telah diketahui, maka Allah akan mewariskan kepadannya pengetahuan apa-apa yang belum ia ketahui.
Pengharapan dan Memasrahkan
Doa
- Pengharapan yang sesungguhnya ialah yang disertai amal perbuatan, jika tidak, maka itu hanya angan-angan belaka.
- Ma’ruf Alkarhi : mengharap surga tanpa amal perbuatan itu dosa, mengharap syafaat tanpa sebab itu tertipu, dan mengharapkan rahmat dari siapa yang tidak engkau taati perintahnya berarti kebodohan.
- Abu bakar meminta ‘afiyah, dan meninggal keracunan, Umar meminta ‘afiyah, meninggal terbunuh, Usman meminta ‘afiyah, meninggal tertikam, Ali meminta ‘afiyah, meninggal terbunuh.
- Maka, bila minta ‘afiyah (keselamatan) kepada Allah, meminta apa yang telah ditentukan Allah untukmu, sebaik2 seorang hamba adalah yang menyerahkan menurut kehendak Tuhannya, dan mempercayai itu memang yang terbaik.
- Sebab kewajiban seorang hamba, menyerah pada apa yang dipilihkan oleh majikannya. Lebih-lebih majikan itu Tuhan Allah yang mengetahui benar-benar apa yang menguntungkan dan yang menyusahkannya.
- Allah akan mematahkan harapan orang yang mengharap selain kpd Allah, dengan kekecewaan, dan akan Allah pakaikan pakaian kehinaan di mata orang, dan Allah singkirkan dari dekatNya, dan diputuskan hubungan denganNya. Mengapa ia mengharap selain Allah dalam kesukaran, padahal kesukaran itu di tangan Allah, dan Allah dapat menyingkirkannya. Mengharap selain Allah serta mengetuk pintu lain, padahal kunci pintu-pintu tertutup, hanya pintu Allah yang terbuka bagi siapa yang berdoa minta kepada Allah.
Hikmah Penolakan Doa
- Jika ditahan permintaan/doamu, sesungguhnya engkau telah diberi. Seorang hamba sebaiknya menyerahkan sebulat-bulatnya kepada Allah untuk menjadikannya. Karena sesungguhnya penolakan itu adalah pemberian atas kebijaksanaanNya.
- Karena setiap hamba harus mengenal Tuhannya. Jika kita mengenal Allah memiliki sifat wahhab (pemberi), maka juga harus mengenal sifat Mani’ (menolak) Muntaqim (membalas) Qahhar (memaksa). Abu Habib Al-Badry : Penolakan Allah kepadamu tidak karena bakhil atau tidak ada. Sebab penolakan itu berarti pemberian karuniaNya dan kasih sayangNya kepadamu, dan untuk menguji kamu.
- Sesungguhnya sebab terasa pedih penolakan Allah kepadamu, karena engkau tidak mengerti hikmat rahmat Allah dan penolakan itu.
Tidak
tamak
- Jangan memaksa diri untuk mencapai apa yang telah dijamin/dicukupi. Dan jangan menyianyiakan apa yang diamanatkan kepadamu. (Ibrahim al khawas)
- Kerajinan untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu. “Beberapa banyak binatang yang melata yang tidak sanggup membawa rezekinya (makanan), Allah yang menjamin rizkinya, juga terhadap kamu.” (QS.Alankabut 60).
- “Perintahkan kepada keluargamu untuk sembahyang, dan sabarlah dalam melaksanakannya, Kami (Allah) tidak menuntut kamu supaya mencari rezeki, Kami (Allah) yng menjamin rizkimu, dan akibat (kemenangan yang terakhir) bagi orang yang bertakwa. “(S.Thaha 132).
- Istirahatkan dirimu/fikiranmu daripada kerisauan mengatur kebutuhan duniamu, sebab apa yang sudah dijamin/diselesaikan oleh lainmu, tidak usah kau sibuk memikirkannya.
- Syaitan sebagai musuh manusia, tidak suka melihat manusia itu tenang. Maka ia datang membisikkan kepada manusia supaya tidak puas terhadap apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Dan selalu membayankan kepadanya kesenangan, kemewahan, ketenangan lain seseorang untuk membangkitkan sifat tamak, iri hati terhadap apa yang bukan bagiannya, sehingga ia telah melepaskan apa yang is telah tenang, tentram itu untuk menurutkan sifat tamak rakusnya, gagal amal perbuatan dan kecewa.
- Sifat Tamak itu adalah bibit dari segala macam kehinaan dan kerendahan. Yang dapat mengukuhkan agama adalah wara’ (menjaga dari haram dn syubhat), merusak agama adalah tamak.
Tentang Amalan dan Menyandarkan hanya pada Rahmat Allah
- Perbaikilah amalanmu dengan ikhlas, dan perbaikilah keikhlasanmnu dengan tidak ada kekuatan sendiri, semua kejadian hanya semata-mata karena pertolongan Allah swt.
- Dhohirnya, syariat menyuruh kita berusaha beramal, sedangkan hakikat syariat melarang kita menyandarkan diri pada amal usaha itu. Supaya tetap bersandar pada karunia rahmat Allah swt.
- Sedang bersandar pada amal usaha itu berarti lupa kepada karunia rahmat Allah yang memberi taufiq hidayat, yang akhirnya pasti ia ujub, sombong, merasa sempurna diri.
- Apabila kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu dsb, makan jangan menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sndiri, seolah-olah merasa sudah cukup kuat dan dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufiq hidayat dan karunia Allah.
- Jangan merasa gembira atas perbutan bakti karena sudah melakukannya, tapi bergembiralah atas perbuatan taat itu sebagai kurnia taufiq, hidayat dari Allah kepadamu.
- Tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas, dan tidak dapat dianggap banyak amal yang dilakukan dengan tidak ikhlas (Ali R.A)
- Jika ketinggalan amalan kebaikan merasa sedih, tetapi bila mendapat kesempatan tidak segera melakukannya, maka itu suatu tanda telah dipermainkan oleh syaitan.
Cinta
Dunia dan Hawa Nafsu
- Berhati-hatilah daripada cinta dunia, karena “Cinta pada dunia itu pokok (bibit/sumber) segala dosa/kejahatan”. Seperti Nabi Sulaiman, kita harus menundukkan dunia, dunia tidak boleh diletakkan dalam hati.
- Jika kau sudah melakukan amal kebaikan namun belum bisa merasakan kelezatan amal kebaikan dalam hati, itu karena kau masih memelihara puteri iblis yang bernama kesenangan dunia, dan lazimnya ayah itu selalu berziarah kepada putrinya. (Abu Abdillah Alqurasyi).
- Dunia adalah kerisauan dan duka cita, maka apabila terdapat kesenangan didalamnya berarti laba dan keuntungannya (Abdullah bin Mas’ud).
- Pokok dari semua maksiat dan kelalaian serta syahwat itu, karena ingin memuaskan hawa nafsu. Sedang pokok dari segala ketaatan, kesadaran dan kesopanan akhlak budi, ialah karena ada pengekangan terhadap hawa nafsu.
Tanda
Seorang dalam Syariat
·
Seorang yang benar-benar dalam
syariat ada dua belas tandanya :
1.
Benar-benar mengenal Allah
(tauhid, mantap iman dan yakin)
2.
Menjaga benar perintah Allah
3.
Berpegang teguh pada sunnaturasul
saw
4.
Selalu menjaga wudhu
5.
Rela menerim hukum gadha Allah
dalam suka duka
6.
Yakin terhadap semua janji
Allah
7.
Putus harapan dari semua apa
yang ditangan makhluk
8.
Tabah, sabar menanggung segala
derita dan gangguan orang
9.
Rajin mentaati perintah Allah
10.
Kasih saying terhadap semua
makhluk Allah
11.
Tawadhu’ merendah diri terhadap
yang lebih tua atau muda
12.
Menyadari bahwa syaitan itu
musuh utama selalu
Kesempatan
Berbuat Baik
- Jika engkau berada di waktu senja jangan menunggu tibanya pagi, demikin jika engkau diwaktu pagi jangan menunggu sore. Pergunakan kesempatan di waktu muda, sehat kuat dan kaya untuk menghadapi masa tua, sakit lemah dan miskin.
- Menunda amal perbuatan (kebaikan) karena menantikan kesempatan yang lebih baik, suatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa.
Berbaik
Sangka Kepada Allah SWT
- Jika tidak berbaik sangka terhadap Allah karena sifat-sifat baikNya, sangkalah kepada Allah karena karunia pemberian nikmat yang selalu diberikan kepadamu. Karena husnudh-dhan itu sebab baiknya ibadat kepada Allah swt.
Alasan
Berhijrah
- Siapa yang hijrah karena kekayaan dunia atau perempuan yang akan dikawin, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia hijrah kepadanya. Terhenti pada tujuan yang sangat rendah, tidak berarti, dan tidak mencapai keridhaan Allah jika hijrah bukan karena Allah semata.
Tanda matinya hati
- Sebagian tanda matinya hati, jika tidak merasa sedih karena tertinggal suatu amalan kebaikan, juga tidak menyesal jika terjadi berbuat suatu pelanggaran dosa.
Dosa
- Tidak ada artinya dosa besar jika disertai dengan istighfar (meminta ampun), tidak dianggap dosa kecil jika dikerjakan terus menerus. Jika Allah menggunakan keadilanNya tidak berarti segala amal kebaikan, dan bila Allah mengahadapi dengan kurniaNya tidak ada artinya segala dosa.
- Maksiat/dosa yang menimbulkan rasa rendah diri dan membutuhkan rahmat Allah itu lebih baik daripada perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub, dan besar diri.
Istidraj
- Hendaknya kau merasa takut jika kau selalu mendapat kurnia Allah, sebaliknya kau masih tetap melakukan perbuatan maksiat. Jangan sampai hal itu merupakan istidraj (mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa kemudian dibinasakan, juga berarti memperdaya). Dasar (Al-An’am 44).
Memilih
Teman
- Allah mewahyukan kepada Nabi Musa as, waspadalah selalu dan pilihlah untuk dirimu sahabat, dan tiap sahabat tidak membantumu untuk berbuat baik (taat) kepada Allah, maka ia adalah musuhmu. (ada penjelasan lebih detail).
- Memilih teman yang lebih baik, karena jika bersahabat dengan yang lebih rendah budi dan imannya, sangat berbahaya. Sebab persahabatan pengaruh mempengaruhi, percaya mempercayai, dengan demikian sukar untuk dapat mengoreksi kesalahan sahabat yang kita sayangi. Bahkan kesetiaan sahabat akan membela kita dalam kesalahan dan dosa, yang dengan itu akan membinasakan semua karenanya.
- Seorang itu akan mengikuti pendirian sahabat karibnya, karena itu hendaknya seseorang itu memperhatikan, siapakah yang harus dikawani.
Abrrar,
Muqarrabin, dan
Aarif
- Muqarrabin, mereka yang telah dibebaskan dari kepentingan dunia, hanya sibuk beribadat kepada Allah, mengharap ridho Allah. Disebut aarifin, muhibbin.
- Abraar, mereka yang merasa masih banyak kepentingan dunia, disamping kewajiban untuk taat kepada Allah, dinamakan zahid aabid.
- Muqarrabin dan Abraar masing-masing mendapat kurnia sendiri di dalam tingkat derajatnya yang langsung dari Allah ta’ala.
- Seorang aarif adalah orang merasakan kepalsuan segala sesuatu selain Allah, sehingga pandangannya tiada lain melainkan kepada Allah.
- Tujuan permintaan orang aarif kepada Allah, hanya semoga bersungguh2 dalam kehambaan dan tetap dalam menunaikan kewajiban kepada Tuhan.
- Orang aarif jika merasa lapang lebih khawatir dari pada jika berada dalam kesempitan. Karena Abu Bakar Assidiq : Kami diuji dengan kesukaran, maka kami tahan sabar, tetapi ketika diuji dengan kelapangan, kami hampir tidak sabar.
Kurnia, Nikmat
dan Jaminan Allah
- Kehormatan dan kurnia-kurnia besar dari Allah tidak dapat diraba oleh manusia, dan selalu diberikan oleh Allah secara tiba-tiba, supaya tidak ada orang berbangga dengan amal perbuatannya.
- Tidak usah manusia ragu kuatir terhadap suatu pemberian Allah, meskipun berbentuk penderitaan bala’ pada lahirnya, sebab hakikatnya nikmat besar bagi siapa yang mengetahui hakikatnya, sebab tidak ada sesuatu yang tidak terbit dari rahmat kurnia dan hikmat Allah swt.
- 2 nikmat yang tidak lepas dari makhluk, nikmat ciptaan dan kelanjutan. Makhluk berasal dari tidak ada, maka nikmat pertama yang diterima ialah nikmat ciptaan Allah, kemudian mendapat nikmat kelanjutan menjalani hidup, dicukupi kebutuhan, dan dapat berthan hidup.
- Seseorang yang telah merasa asal kejadiannya dari Allah, dan kelanjutannya bergantung pada Allah, ia tidak akan dapat melepaskan diri dari Tuhan. Karena sebaik-baik saat dalam masa hidupmu, ialah saat dimana engkau mengakui kebutuhanmu kepada Tuhan dan kembali kepada adanya kerendahan dirimu.
- Jika merasa bertambah taat ibadatnya dan ilmu ma’rifatnya harus merasa bahwa itu semata-mata karena karunia Allah swt, dan berhati-hati jangan sampai merasa bahwa itu dari kerajinan sendiri. Adapun jika ada sanjungan/pujian maka harus bersyukur kepada Allah yang telah menutupi kejelekanmu, sehingga orang hanya mengetahui kebaikanmu.
Bonus
- Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya disisi Allah swt, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Allah di dalam hatinya. Sesungguhnya Allah menempatkan kedudukan hambaNya, sebagaimana hamba itu mendudukan Allah dalam hatinya. (hadist)
- Allah merubah-rubah keadaanmu dari sedih ke senang, dari sehat ke sakit, dari kaya ke miskin, dari terang ke gelap supaya mengerti dan selalu berdiri diatas landasan “LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH”.
- Manusia sebenarnya makhluk mulia, tinggal di surga. Karena suatu kesalahan makanya di hukum (penjara) di dunia. Jadi jangan terlalu bersenang-senang di tempat hukuman ini (dunia), minta ampunlah kepada Allah swt sehingga dirahmati dikeluarkan dari penjara dan bisa kembali ke rumah (surga). Namun jika kita lebih melakukan kesalahan dan membangkang, sungguh adzab Allah selanjutnya sangat amat pedih.
Setelah membaca beberapa hikmah diatas,
saya tekankan, tulisan ini hanya berupa nasihat kata-kata, mengenai pembaca
bisa mengambil hikmah atau tidaknya pun dikembalikan ke diri masing2. Kalau
saya sarankan sih dibaca pelan2 dan dihayati, pasti ngena di hati! hehe tapi
juga tidak memastikan sih, karena manusia hanya bisa saling nasihat-menasehati.
Hidayah dan Inayah hanya milik Allah swt, kuasa dari segala sesuatu. Andaikan
hidayah bisa dibeli, pasti akan laris manis. Mengutip kata Imam Syafi'i "Andai hidayah itu bisa kubeli, akan kubeli
berkeranjang-keranjang untuk aku bagikan kepada mereka yg aku cintai".
Dan begitulah sangat berharganya hidayah.
Oleh karena itu, seharusnya
tidak syak lagi kalau seorang Muslim seharusnya berlomba2 mencari hidayah.
Dengan menghadiri majelis Ilmu, berteman/berkumpul dengan orang Sholeh, tidak
jauh dari Al-Qur’an, dan tentu tak lupa meminta doa kepada Sang Pemberi Hidayah,
Allah swt. Betapa pentingnya memintakan hidayah/petunjuk ini, pun dituangkan
dalam QS. al-Fatihah (1) : 5 yang artinya “Tunjukkanlah kami jalan yang
lurus”. Dan tak tanggung2, permintaan tersebut wajib dimintakan 17 kali sehari
dalam bacaan rakaat Sholat kita, Subhanallaah. Mari berdoa smoga kita semua
selalu berada dalam jalan yang lurus, dicurahkan rahmat, hidayah, dan Inayah
dari Allah swt, aaamiiiin