Mengambil momen kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, dan kegalauan di dalam hati -yaelah curhat-, awali dengan Bismillah, Allahumma Sholli 'Ala Muhammad...
Drama, dewasa ini sangat
dicintai dan dikagumi. Apalagi dalam kalangan remaja. Kalau cewek sedang
membicarakan drama korea atau percintaan, udah, selesai urusan. Kalau cowok sedang addicted sama drama animasi atau action, udah, sama selesainya. Lah, Kalau
sama-sama selesai terus ini nulis buat apa? --“
hehe, bukan gitu arahnya.
Jadi ngga bisa dipungkiri memang, drama atau kisah ini sangat digandrungi oleh
semua manusia. Cuma menyesuaikan umur dan jenis kelamin, kadang. Ibu-ibu suka
sinetron, Bapak-bapak suka drama dalam berita, perempuan suka korea, laki-laki
suka komik atau anime. Anak-anak? Jangan ditanya. Ngga bisa dipungkiri, intinya
semua orang suka cerita, baik tulis maupun lisan. Baik melalui indra
pendengaran maupun visual. Membaca atau
melihat, mendengar atau merasakan, itu semua tinggal disesuaikan, sesuai selera.
Namun masalahnya, drama atau kisah yang selama ini kita habiskan waktu untuk
mengikutinya, apakah sudah membawa manfaat pada kehidupan kita? sangat
disayangkan kalau kita tidak mengambil manfaatnya.
Al-Qur’an menjelaskan,
seperti gambar diatas. Bahwa melalui drama, atau kisah, tidak bisa dipungkiri
itu merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif dan memberikan banyak
manfaat jika kita bisa mengambil pelajaran. Dan tentunya jika kita mau berfikir
lebih jauh tentang hikmah yang terkandung di dalamnya. Ah, sudahlah terlalu
panjang, bingung. Oke gini, tahukah kalian, ternyata sebagian drama yang ada
saat ini, ntah dalam bentuk sinetron, korea, film bioskop, novel, dsb sebagian
besar itu ide pokoknya udah ada 15 abad tahun silam. Hanya dilakukan beberapa
modifikasi saja. Bedanya, drama yang sekarang kebanyakan hanya fiktif dan
buatan, tapi kisah yang diabadikan sejak 15 abad tahun silam adalah kisah nyata
yang tidak diragukan kebenarannya. Salah satu kisah inspiratif tersebut adalah
kisah Nabi Yusuf AS.
Kisah Yusuf AS ini kalo
dilihat dari sisi hikmahnya, terlalu panjang bos. Jadi kali ini hanya membahas
bagaimana kisah yang tertuang berabad-abad lamanya itu bisa menjadi inspirasi
cerita masa kini, dan sangat digandrungi. Karena kalau dilihat secara seksama,
kisah cerita yang ada saat ini hanyalah sebagai bentuk modifikasi dari kisah
terdahulu. Berikut langsung saya jabarkan beberapa kesamaan kisah Nabi yusuf AS dengan kisah cerita yang ada pada masa
kini :
Pertama, sebelum
masuk ke inti cerita, apa sih yang membuat suatu film atau cerita itu menarik?
usut-diusut, kisah bisa menarik salah satunya karena pemain di cerita itu
“menarik”. Pemain ceweknya cakep, pemain cowoknya juga aduhai seperti dalam
drama korea –yang menurut sy memang critanya biasa saja, tapi pemainnya yang
top begete-. Kisah Nabi Yusuf AS ini ngga kalah. Dan bahkan menang telak!
“Maka tatkala wanita itu (Zulaikha)
mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya
bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah
pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf):
"Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala
wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka
melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah
manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia". (12:
31)”
Ngga perlu dijelaskan dengan kata-kata lagi,
betapa gantengnya pemain sinetron yang satu ini.
Kedua, Terdapat banyak kesamaan dalam kisah atau cerita yang
sangat digandrungi, umumnya dalam sinetron-sinetron masa kini. Yaitu awal
cerita pemain utamanya yang hidupnya penuh susah, melarat, miskin, ga dipandang,
dsb. Kalau di bahasa jawanya nih “Lakon kalah disek –pahlawan kalah duluan-”.
Kisah Yusuf AS pun demikian. Kita lihat bagaimana beliau dibuang ke sumur,
dijual dan dijadikan budak. Itu semua dilakukan ketika masa hidupnya masih dalam
tahap kanak-kanak. Ngga beda jauh sama kisah “gadis penjual korek api”, “pinokio”,
“Hensel and Gretel” atau kisah semacam itulah yang intinya nyeritain anak kecil
yang malang, dan kurang beruntung. Ide Kisah Yusuf AS pun mengilhami
kisah-kisah ternama.
Setiap cerita pastinya tidak seru kalau tidak ada konflik. Nah, di kesamaan
yang ketiga, kalau diambil persentase,
hampir mayoritas sebuah kisah atau cerita itu akan terlihat seru jika
konfliknya ternyata dari faktor internal, dari dalam keluarga sendiri. Kita
lihat bagaimana sinetron yang buat emak kita ketika nonton sinetron ngga mau dipindah channelnya, karena pastinya emak
kita akan lebih menjiwai dan merasakan bagaimana anak-anaknya nanti jika telah dewasa
ternyata lupa kata “persaudaraan” hanya karena urusan duniawi. Ini bisa
tercermin dari kebanyakan cerita saat ini, sesama saudara memperebutkan
warisan, tahta, dan bahkan pasangan. Permasalahan keluarga rasanya memang lebih
berat jika dibandingkan dengan permasalahan dari faktor eksternal. Kita bisa
lihat bagaimana Yusuf AS dalam suatu riwayat pernah berkata ketika
di dalam sumur yang kurang lebih seperti ini “setiap Nabi pastinya akan diuji,
tapi mengapa ujian yang datang kepadaku datang dari saudara-saudaraku sendiri yang
aku sayangi?”. Alamak, malang nian anak bernama Yusuf AS ini. Perlu kita ingat
kembali, bahwa Yusuf AS dibuang ke sumur di padang pasir yang sepi dan tandus
oleh saudaranya sendiri. Hal ini didasarkan karena sifat iri, hasut dalam dada saudaranya
yang didukung oleh ibu tiri Yusuf AS yang tidak suka melihat keistimewaan yang
ada pada diri Yusuf AS. Sedangkan Ibu kandung Yusuf AS sendiri telah wafat
ketika melahirkan adik bungsunya yang bernama Bunyamin. Dengan begitu konflik
dalam kisah ini tidak kalah seru dengan kisah “Cinderella”, “Ratapan Anak
Tiri”, “The Ugly Ducking”, “Snow White”, dan masih banyak kisah lainnya yang
menceritakan konflik antar saudara.
Persamaan Keempat ini seharusnya
disadari oleh kaum muda untuk dipelajari lebih lanjut hikmah yang terkandung
didalamnya. Yaitu persamaan mengenai kisah asmara. Ya, tidak bisa dielakkan
kisah Yusuf AS juga menghadirkan kisah yang paling ngetrend masa kini “kisah
asmara yang terlarang”. Kenapa tidak, karena disini dijelaskan bahwa Zulaikha
yang seharusnya menjadi seorang permaisuri raja malah jatuh cinta kepada seorang budak
bernama Yusuf AS. Kisah asmara ini juga
didramatisir dengan tergodanya sang permaisuri untuk melakukan hubungan badan dengan
Nabi Yusuf AS. Namun ditolak oleh Nabi Yusuf AS yang menyebabkan beliau masuk
penjara. So dramatic! Dan ngga hanya Romeao-Juliet saja yang kisah asramanya
berakhir tragis.
Tak berlebihan kiranya, memang ujian terberat dan fitnah terbesar bagi umat
manusia adalah ujian yang datang dari kaum hawa. Kisah Yusuf AS juga memberikan
pelajaran bagi kita bagaimana menghadapi ujian terberat yang sebenarnya juga didukung
situasi dan kondisi saat itu. Iya, sitkon yang mendukung. Pertama ajakan
berbuat tidak terpuji itu terjadi di Negeri orang. Tak bisa dielakkan kawan,
kita sering kan kalau didepan orang tua, saudara, atau tetangga biasanya pasti
akan terlihat lebih baik daripada ketika kita di tanah orang yang tidak ada
satupun orang yang mengenal kita. Ngga usah munafik deh, saya juga seorang
perantau, bro! haha Kedua, godaan wanita itu berasal dari wanita yang memiliki
paras cantik dengan kulit terawat. Kenapa tidak, yang godain permaisuri kawan.
Bisa-bisa dia adalah wanita tercantik yang ada di Negeri itu, yang bisa jadi
mandinya aja ngga terima sabun dicampur air, tapi pakai susu. Ketiga, sudah
pasti terfikirkan oleh Yusuh AS, bahwa yang menggoda adalah seseorang yang
memiliki kekuasaan, yang pastinya jika ditolak akan ada resikonya. Dan benar,
Yusuf AS masuk penjara gara-gara penolakan ini. Keempat, godaan datang dari
ruangan yang sepi, yang tidak seorang pun mengetahui. Sebenarnya kalau mau, itu
akan bisa menjadi rahasia mereka berdua, dan aman. Kelima, dan yang paling
penting. Yusuf AS ini lelaki normal! Yakali digodain cewek cantik nolak, tapi
usut-diusut ternyata dia maho ya ngga kaget.
Sangat luar biasa, menginspirasi dan mengandung banyak hikmah. Yusuf AS
yang tabah, sabar, tangguh, tidak pernah menyerah, teguh pendirian dan imannya,
serta pemaaf. Dan ini mengakhiri inspirasi kisah kita dengan persamaan yang Kelima, kisah Yusuf AS berakhir dengan
happy ending. Yusuf AS yang kecilnya merana, dibuang, jadi budak, dan gede-nya menghabiskan
waktu di penjara karena “kesalahannya”-menolak wanita cantik-, pada akhirnya
menjadi seorang pembantu raja atau pejabat negara. Selain itu dia bisa bertemu
dengan ayah tercintanya, Yakub AS yang berpisah puluhan tahun, memaafkan
kesalahan saudara-saudaranya dan kisah berakhir dengan penuh suka cita.
Aduhai..udahlah, kalau ditulis hikmah dari kisah ini, ngga tau deh butuh
berapa ribu lembar untuk mengungkapkannya. Sangat disayangkan sebenarnya khususnya bagi umat Islam jika lebih mencintai dan menggandrungi drama-drama masa kini, tetapi tidak pernah mempelajari dan mencintai kisah-kisah terbaik yang ada dalam Kitabnya sendiri. Harap direnungi juga pastinya untuk Ibu-ibu Muslimah sekarang yang lebih senang menceritakan kisah-kisah barat kepada anaknya, daripada kisah-kisah terbaik dalam Kitabnya. Sekian.
Wallahua’lam,
Walhamdulillahirabbil’alamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar